Sunday, March 9, 2014

TugasAgama/10-Maret-2014

Daftar Makanan Khas Batak

 Yang berupa masakan:
  • Saksang
Saksang adalah masakan khas dari tanah Batak yang terbuat dari daging babi (atau daging anjing) yang dicincang dan dimasak dengan menggunakan darah,santan dan rempah-rempah (termasuk jeruk purut dan daun salam, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabai, merica, serai, jahe, lengkuas, kunyit dan andaliman). Saksang menjadi makanan wajib dalam adat pernikahan Batak.
  • Arsik
Arsik adalah salah satu masakan khas kawasan Tapanuli yang populer. Masakan ini dikenal pula sebagai ikan mas bumbu kuning. Ikan mas adalah bahan utama, yang dalam penyiapannya tidak dibuang sisiknya.

Bumbu arsik sangat khas, mengandung beberapa komponen yang khas dari wilayah pegunungan Sumatera Utara, seperti andaliman dan asam cikala (buah kecombrang), selain bumbu khas Nusantara yang umum, seperti lengkuas dan serai. Bumbu-bumbu yang dihaluskan dilumuri pada tubuh ikan beberapa saat. Ikan kemudian dimasak dengan sedikit minyak dan api kecil hingga agak mengering.
  • Babi Panggang
  • Manuk Napinadar
Manuk Napinadar atau Ayam Napinadar adalah masakan khas Batak yang biasanya dihidangkan pada pesta adat tertentu.

Untuk mengerjakan resep yang satu ini agak sedikit rumit, butuh waktu dan kesabaran. Pastinya inti dari masakan ini adalah di saos darah ayam itu sendiri.

Masak Ayam Napinadar ini, ayamnya harus dipanggang terlebih dahulu, setelah itu lalu disiram dengan saos spesial yakni darah ayam (manuk) itu sendiri, dan dicampur dengan andaliman, bawang putih bubuk (yang sudah digiling sampai halus) lalu dimasak. Sama seperti kita menuangkan saos ke atas ayam yang sudah dipanggang.
  • Tanggotanggo
Merupakan makanan olahan yang terbuat dari punggung babi muda
  • Dengke Mas na Niura
Dengke Mas na Niura atau Ikan Mas Na Niura ini adalah merupakan makanan tradisonal khas Batak yang berasal dari Tapanuli.

Dahulu bahwa masakan na niura dikhususkan untuk raja saja, namun karena rasanya yang enak sehingga semua orang-orang batak ingin menyantap dan membuatnya.

Ikan Mas Na Niura ini merupakan sebuah penyajian Lauk Pauk yang cara membuatnya tidak dimasak, direbus, digoreng atau semacamnya, karena na niura dalam bahasa Batak artinya ikan yang tidak dimasak, ikan mentah tersebut disajikan dengan bumbu yang lengkap sehingga yang akan membuat ikan tersebut lebih enak dirasa tanpa dimasak, yang artinya bahwa bumbu-bumbu itulah yang memasak ikan mas tersebut.
  • Na Tinombur
Na Tinombur adalah makanan khas Batak, sajian dari Tapanuli.

Hidangan yang menggunakan ikan lele atau ikan mujahir ini diolah secara dibakar dan disajikan dengan sambal, hampir mirip dengan lele penyet atau pecel lele.

Ikan mas atau ikan lain juga bisa, yang penting Tomburnya adalah bumbu dan saus yang dilumuri ke ikan.
  • Mie Gomak
Mie Gomak adalah makanan yang terkenal sebagai masakan khas daerah dari tanah Batak Toba, meliputi semua daerah Batak Toba, dan juga menjadi masakan khas di Sibolga dan Tapanuli.

Mengenai asal usul sebutan untuk menu ini beragam versi.

Sebagian menyebutkan, mungkin karena cara penyediaannya digomak-gomak (digenggam pakai tangan) hingga sampai saat ini disebut mie gomak, meski pun pada akhirnya tidak menggenggamnya dengan tangan di saat menghidangkannya.

Juga sering disebut Spageti Batak karena mirip dengan spageti dari Itali, bentuknya mirip seperti lidi.

Mie yang sudah direbus biasanya dibuat terpisah dengan kuah dan sambalnya. Meski banyak ragam untuk membuat menu makanan khas Batak ini, ada yang menggunakan kuah ada juga dibuat seperti mie goreng. Rasanya sangat unik apabila mie gomak dicampur dengan bumbu dari tanah Batak yakni andaliman.

  • Dali ni Horbo
Dali ni Horbo atau Bagot ni horbo adalah air susu kerbau yang diolah secara tradisional dan merupakan makanan khas Batak dari daerah Tapanuli.
  • Sambal Tuktuk
Sambal Tuktuk adalah makanan khas tradisional Batak, yang berasal dari Tapanuli.

Sebenarnya bahan-bahan untuk membuat sambal tuktuk tidak berbeda dengan bahan sambal-sambal lainnya, sederhana saja. Yang membuat sambal ini sedikit lebih berbeda dengan sambal yang lain adalah andalimannya.

Di daerah asalnya, sambal tuktuk dicampur dengan ikan aso-aso (sejenis ikan kembung yang sudah dikeringkan), tapi jika tidak menemukan ikan aso-aso bisa diganti dengan ikan teri tawar.
Yang berupa makanan ringan:
  • Itak Gurgur
  • Kue Pohulpohul
  • Kue Ombusombus
  • Kue Lampet
  • Kue Benti
  • Tipatipa
  • Kacang Sihobuk
  • Sasagun


"Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang.

tari tortor,sumatra utaraTari Tor-tor dari Sumatra Utara, ditampilkan saat ada ritual panen, kematian, dan penyembuhan. Wujudnya mulai bertransformasi di wilayah perkotaan karena menjadi tontonan, tidak semua yang melihatnya ikut terlibat (Irsan Mulyadi/Fotokita.net)
Melimpahnya kebudayaan Indonesia terlihat dari beragamnya bentuk pertunjukan, tarian, alat musik, dan pakaian. Bukan hal mudah untuk menciptakannya karena harus mencurahkan akal budi dan daya upaya masyarakat suatu wilayah. Wajar jika kemudian terjadi perdebatan panjang saat Tari Tor-tor dan Gordang Sembilan (Gondang Sembilan) dari Mandailing, Sumatra Utara, dinyatakan akan menjadi hak cipta Malaysia.
Menurut Togarma Naibaho, pendiri Sanggar budaya Batak, Gorga, kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang yang juga berirama mengentak. "Tujuan tarian ini dulu untuk upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Dan tarian ini memiliki proses ritual yang harus dilalui," kata Togarma kepada National Geographic Indonesia, Selasa (19/6).
Pesan ritual itu, lanjut Togarma, ada tiga yang utama. Yakni takut dan taat pada Tuhan, sebelum tari dimulai harus ada musik persembahan pada Yang Maha Esa. Kemudian dilanjutkan pesan ritual untuk leluhur dan orang-orang masih hidup yang dihormati. Terakhir, pesan untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara. Barulah dilanjutkan ke tema apa dalam upacara itu.
"Makna tarian ini ada tiga, selain untuk ritual juga untuk penyemangat jiwa. Seperti makanan untuk jiwa. Makna terakhir sebagai sarana untuk menghibur," imbuh mantan pengajar Seni Rupa dan Desain di Universitas Trisakti, Jakarta itu.
tari tortor,sumatra utaraTari Tor-tor dari Sumatra Utara. Tarian ditampilkan dengan maksud membangkitkan jiwa yang ada dalam diri manusia. (Feri Latief)
Durasi Tari Tor-tor bervariasi, mulai dari tiga hingga sepuluh menit. Di tanah Batak, hal ini tergantung dari permintaan satu rombongan yang mau menyampaikan suatu hal ke rombongan lain. Dimintalah satu buah lagu pada pemusik. Jika maksud sudah tersampaikan, barulah tarian dihentikan.
Tarian ini akhirnya bertransformasi di Ibu Kota karena mulai ditampilkan di upacara perkawinan. Jika sudah sampai di upacara ini, bentuknya bukan lagi ritual melainkan hiburan. Karena menjadi tontonan dan tidak semua yang hadir ikut terlibat dalam tarian tersebut.
Memang belum ada buku yang mendeskripsikan rekam sejarah Tari Tor-tor dan Gondang Sembilan. Namun, ditambahkan oleh Guru Besar Tari Universitas Indonesia Edi Sedyawati, sudah ada pencatatan hasil perjalanan di zaman kolonial yang mendeskripsikan Tari Tor-tor.
Meski demikian, sama seperti kebudayaan di dunia ini, Tari Tor-tor juga mengalami pengaruh dari luar yaitu India. Bahkan jika ditelusuri lebih jauh pengaruhnya bisa tercatat hingga ke Babilonia.
Gondang Sembilan
Tari Tor-tor selalu ditampilkan dengan tabuhan Gondang Sembilan. Warga Mandailing biasanya menyebutnya Gordang Sembilan, sesuai dengan jumlah gendang yang ditabuh.
Jumlah gendang ini merupakan yang terbanyak di wilayah Suku Batak. Karena gendang di wilayah lainnya seperti Batak Pakpak hanya delapan buah, Batak Simalungun tujuh buah, Toba enam buah, dan di Batak Karo tingga tersisa dua buah gendang.
Menurut analisa Togarma, banyaknya jumlah gendang ini ada hubungannya dengan pengaruh Islam di Mandailing. Di mana besarnya gendang hampir sama dengan besar bedug yang ada di masjid. "Ada kesejajaran dengan agama Islam. Bunyi gendangnya pun mirip seperti bedug."
Gendang ini juga punya ciri khas lain yakni pelantun yang disebut Maronang onang. Si pelantun ini biasanya dari kaum lelaki yang bersenandung syair tentang sejarah seseorang, doa, dan berkat. "Senandungnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunitas peminta acara," imbuh Togarma.
Sayangnya keindahan budaya Tari Tor-tor dan Gondang Sembilan ternoda dengan kurangnya penghargaan. Sulit mencari pihak yang mau membiayai pagelaran budaya ini, terutama di Ibu Kota. Hanya karena pejuang-pejuang seni Batak, Tari Toro-tor dan Gondang ini masih tumbuh dan terlihat keberadannya.
"Kebudayaan itu pengisi batin, bagian dari kehidupan. Karena hidup tidak cukup dengan makan saja, jiwa juga harus terisi seni," ujar Togarma



Suku Bangsa Batak dan Konsep Kebudayaan Batak

Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa di Indonesia yang mendiami provinsi Sumatra Utara, tepatnya di wilayah Kangkat Hulu, Deli Hulu, Daratan Tinggi Karo, Serdang Hulu, Toba, Simalungun, Tapanuli Tengah, dan Mandailing.

Suku bangsa Batak terbagi menjadi 6 jenis, yakni suku Batak Toba, suku Batak Karo, suku Batak Pakpak, suku Batak Simalungun, suku Batak Angkola, dan suku Batak Mandailing. Keenam suku Batak tersebut memiliki ciri khas budaya yang berbeda-beda. Namun pada prinsipnya akar budaya mereka sama, yakni budaya Batak.

Asal Mula Suku Bangsa Batak

Tidak ada bukti kuat mengenai sejak kapan nenek moyang orang Batak mendiami wilayah Sumatra. Akan tetapi penelitian antropologi menunjukkan bahwa bahasa dan bukti-bukti arkeologis yang ada membuktikan hijrahnya penutur bahasa Austronesia dari Taiwan ke Indonesia dan Filipina. Ini terjadi sekitar 2.500 tahun silam. Bisa jadi mereka adalah nenek moyang suku bangsa Batak.

Tidak adanya artefak zaman Neolitikum yang ditemukan di wilayah suku Batak membuat para peneliti menyimpulkan bahwa nenek moyang suku Batak baru hijrah ke Sumatra Utara pada zaman logam. Selain itu, pedagang-pedagang internasional dari India mulai mendirikan kota dagang di Sumatra Utara pada abad ke-6.

Mereka berinteraksi dengan masyarakat pedalaman, yakni orang Batak dengan membeli kapur-kapur barus buatan orang Batak. Kapur barus buatan orang Batak dikenal bermutu tinggi.

Konsep Religi Suku Bangsa Batak - Debata Mulajadi Na Bolon

Di daerah Batak atau yang dikenal dengan suku bangsa Batak, terdapat beberapa agama, Islam dan Kristen (Katolik dan Protestan). Agama Islam disyiarkan sejak 1810 dan sekarang dianut oleh sebagian besar orang Batak Mandailing dan Batak Angkola.

Agama Kristen Katolik dan Protestan disyiarkan ke Toba dan Simalungun oleh para zending dan misionaris dari Jerman dan Belanda sejak 1863. Sekarang ini, agama Kristen (Katolik dan Protestan) dianut oleh sebagian besar orang Batak Karo, Batak Toba, Batak Simalungun, dan Batak Pakpak.

Orang Batak sendiri secara tradisional memiliki konsepsi bahwa alam ini beserta isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Debata Kaci-kaci dalam bahasa Batak Karo).

Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu, yaitu Siloan Nabolon (Toba) atau Tuan Padukah ni Aji (Karo).

Menyangkut jiwa dan roh, orang Batak mengenal tiga konsep yaitu sebagai berikut.
  • Tondi, adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya.
  • Sahala, adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.
  • Begu, adalah tondi yang sudah meninggal.


Konsep Ikatan Kerabat Patrilineal Suku Bangsa Batak

Perkawinan pada orang Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki atau perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki dan kaum kerabat perempuan.

Menurut adat lama pada orang Batak, seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal, yakni perkawinan dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya, dianggap ideal. Perkawinan yang dilarang adalah perkawinan satu marga dan perkawinan dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayahnya.

Kelompok kekerabatan orang Batak memperhitungkan hubungan keturunan secara patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu kakek, satu nenek moyang. Perhitungan hubungan berdasarkan satu ayah sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih(keluarga inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak).

Dalam kehidupan masyarakat Batak, ada suatu hubungan kekerabatan yang mantap. Hubungan kekerabatan itu terjadi dalam kelompok kerabat seseorang, antara kelompok kerabat tempat istrinya berasal dengan kelompok kerabat suami saudara perempuannya.

Tiap-tiap kelompok kekerabatan tersebut memiliki nama sebagai berikut.
  • Hula-hula; orang tua dari pihak istri, anak kelompok pemberi gadis.
  • Anak boru; suami dan saudara (hahaanggi) perempuan kelompok penerima gadis.
  • Dongan tubu; saudara laki-laki seayah, senenek moyang, semarga, berdasarkan patrilineal.

Konsep Pemimpin Politik Suku Bangsa Batak

Pada masyarakat Batak, sistem kepemimpinan terdiri atas tiga bidang.
  1. Bidang adat. Kepemimpinan pada bidang adat ini tidak berada dalam tangan seorang tokoh, tetapi berupa musyawarah Dalihan Na Tolu (Toba), Sangkep Sitelu (Karo). Dalam pelaksanaannya, sidang musyawarah adat ini dipimpin oleh suhut (orang yang mengundang para pihak kerabat dongan sabutuha, hula-hula, dan boru dalam Dalihan Na Tolu).
  2. Bidang agama. Agama Islam dipegang oleh kyai atau ustadz, sedangkan pada agama Kristen Katolik dan Protestan dipegang oleh pendeta dan pastor.
  3. Bidang pemerintahan. Kepemimpinan di bidang pemerintahan ditentukan melalui pemilihan.

Konsep Agrikultural Suku Batak - Marsitalolo dan Solu

Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi. Pada umumnya, panen padi berlangsung setahun sekali. Namun, di beberapa tempat ada yang melakukan panen sebanyak dua atau tiga kali dalam setahun (marsitalolo).

Selain bercocok tanam, peternakan merupakan mata pencarian penting bagi orang Batak. Di daerah tepi danau Toba dan pulau Samosir, pekerjaan menangkap ikan dilakukan secara intensif dengan perahu (solu). Konsep Bahasa, Pengetahuan, dan Teknologi Suku Bangsa Batak

Bahasa, pengetahuan, dan teknologi adalah bentuk budaya dasar sebuah bangsa atau suku bangsa. Mari kita ulas ketiga aspek tersebut pada suku bangsa Batak.

1. Bahasa

Suku Batak berbicara bahasa Batak. Bahasa Batak termasuk ke dalam rumpun bahasa Melayu - Polinesia. Hampir setiap jenis suku Batak memiliki logat tersendiri dalam berbicara. Oleh karena itu bahasa Batak memiliki 6 logat, yakni logat Karo oleh orang Batak Karo, logat Pakpak oleh orang Batak Pakpak, logat Simalungun oleh orang Batak Simalungun, logat Toba oleh orang Batak Toba, Mandailing, dan Angkola.

2. Pengetahuan

Masyarakat suku Batak mengenal sistem gotong royong kuno, terutama dalam bidang bercocok tanam. Gotong royong ini disebut raron oleh orang Batak Karo dan disebut Marsiurupan oleh orang Batak Toba. Dalam gotong royong kuno ini sekelompok orang (tetangga atau kerabat dekat) bahu-membahu mengerjakan tanah secara bergiliran.

3. Teknologi

Teknologi tradisional suatu suku bangsa adalah bentuk kearifan lokal suku bangsa tersebut. Suku bangsa Batak terbiasa menggunakan peralatan sederhana dalam bercocok tanam, misalnya bajak (disebut tenggala dalam bahasa Batak Karo), cangkul, sabit (sabi-sabi), tongkat tunggal, ani-ani, dan sebagainya.


Teknologi tradisional juga diaplikasikan dalam bidang persenjataan. Masyarakat Batak memiliki berbagai senjata tradisional seperti hujur (semacam tombak), piso surit (semacam belati), piso gajah dompak (keris panjang), dan podang (pedang panjang).

Di bidang penenunan pun teknologi tradisional suku Batak sudah cukup maju. Mereka memiliki kain tenunan yang multifungsi dalam kehidupan adat dan budaya suku Batak, yang disebut kain ulos.
Konsep Marga dalam Suku Bangsa Batak


Dalam "Kamus Besar Bahasa Indonesia", kata 'marga' merupakan istilah antropologi yang bermakna 'kelompok kekerabatan yang eksogam dan unilinear, baik secara matrilineal maupun patrilineal' atau 'bagian daerah (sekumpulan dusun) yang agak luas (di Sumatra Selatan).

Marga adalah identitasnya suku Batak. Marga diletakkan sebagai nama belakang seseorang, seperti nama keluarga. Dari marga inilah kita dapat mengidentifikasi bahwa seseorang adalah benar orang Batak.

Ada lebih dari 400 marga Batak, inilah beberapa di antaranya:

Aritonang, Banjarnahor (Marbun), Baringbing (Tampubolon), Baruara (Tambunan), Barutu (Situmorang), Barutu (Sinaga), Butarbutar, Gultom,     Harahap, Hasibuan, Hutabarat, Hutagalung, Gutapea, Lubis, Lumbantoruan (Sihombing Lumbantoruan), Marpaung, Nababan, Napitulu, Panggabean,   Pohan, Siagian (Siregar), Sianipar, Sianturi, Silalahi, Simanjuntak, Simatupang, Sirait, Siregar, Sitompul, Tampubolon, Karokaro Sitepu, Peranginangin Bangun,  Ginting Manik, Sembiring Galuk, Sinaga Sidahapintu, Purba Girsang, Rangkuti,.

KEPERCAYAAN ASLI (KUNO) SUKU BANGSA BATAK

HORAS HABATAKON

KEPERCAYAAN ASLI (KUNO) SUKU BANGSA BATAK

Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah ‘dewa-dewa’. Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur serta kepercayaan kepada benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan). Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan beberapa penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan.[5] Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia.

Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah ‘Debata’, sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut ‘Ompu Na Bolon’ (Kakek/Nenek Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia. Tetapi setelah masuknya kepercayaan dan istilah luar khususnya agama Hindu; Ompu Nabolon ini dijadikan sebagai dewa yang dipuja orang Batak kuno sebagai nenek/kakek yang memiliki kemampuan luar biasa. Untuk menekankan bahwa ‘Ompu Nabolon’ ini sebagai kakek/nenek yang terdahulu dan yang pertama menciptakan adat bagi manusia, Ompu Nabolon menjadi ‘Mula Jadi Nabolon’ atau ‘Tuan Mula Jadi Nabolon’. Karena kata Tuan, Mula, Jadi berarti yang dihormati, pertama dan yang diciptakan merupakan kata-kata asing yang belum pernah dikenal oleh orang Batak kuno. Selanjutnya untuk menegaskan pendewaan bahwa Ompu Nabolon atau Mula Jadi Nabolon adalah salah satu dewa terbesar orang Batak ditambahkanlah di depan Nabolon atau Mula Jadi Nabolon itu kata ‘Debata’ yang berarti dewa (=jamak) sehingga menjadi ‘Debata Mula Jadi Nabolon’. [6]

Jadi jelaslah, istilah debata pada awalnya hanya dipakai untuk penegasan bahwa pribadi yang disembah masuk dalam golongan dewa. Dapat juga dilihat pada tokoh-tokoh kepercayaan Batak lainnya yang dianggap sebagai dewa mendapat penambahan kata ‘Debata’ di depan nama pribadi yang disembah. Misalnya Debata Batara Guru, Debata Soripada, Debata Asi-Asi, Debata Natarida (Tulang atau paman dan orang tua), dll. Tetapi setelah masuknya Kekristenan (yang pada awalnya hanya sebatas strategi pelayanan) kata debata semakin populer karena nama debata dijadikan sebagai nama pribadi Maha Pencipta.

Dari Kata Dewata menjadi Debata

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kata atau istilah debata berasal dari bahasa Sansekerta (India) yang mengalami penyesuaian dialek Batak. [7] Karena dalam dialek Batak tidak mengenal huruf c, y, dan w sehingga dewata berubah menjadi debata atau nama Carles dipanggil Sarles, hancit (sakit) dipanggil menjadi hansit.

Dari pengamatan penulis, setiap kata atau istilah Sansekerta yang memiliki huruf w, kalau masuk ke dalam Bahasa Batak akan diganti menjadi huruf b, atau huruf yang lain.
Istilah-istilah Sansekerta yang diserap dalam bahasa Batak:
Istilah Sansekerta (India) Batak Toba Indonesia
Purwa Purba Timur
Wajawia Manabia Barat Laut
Wamsa Bangso Bangsa
Pratiwi Portibi Pertiwi
Swara Soara Suara
Swarga Surgo Surga
Tiwra Simbora Perak

Perhatikan huruf cetak tebal.

Dari contoh-contoh di atas, jelaslah bahwa setiap huruf w dalam bahasa Sansekerta (India) kalau dimasukkan ke dalam bahasa Batak akan berganti menjadi huruf b atau huruf lainnya. Wajar saja kalau Dewata dalam bahasa Sansekerta setelah masuk ke dalam bahasa Batak berganti menjadi Debata. Istilah ‘Dewata’ inilah yang membunglon ke dalam bahasa Simalungun menjadi ‘Naibata’ dan di daerah Karo menjadi ‘Dibata’ yang artinya tetap sama menjadi ‘dewa’.
Yang menjadi pertanyaan bagi saudara/i yang berlatarbelakang suku bangsa Batak, saudara menyembah yang mana: dewa atau Pribadi yang menciptakan dewa itu yang disebut Mahapencipta, atau maukah saudara merendahkan Mahapencipta itu menjadi golongan dewa? Kalau saya, saya tidak mau merendahkan derajat Ilahi dari Mahapencipta itu dan saya tetap memuliakan dan meninggikan Mahapencipta itu dalam hidupku, sebaliknya saya menyangkali nama asing itu untuk disembah.

Debata adalah Ilah Bangsa-bangsa (1Tawarikh 16:26)

Nama Debata, Naibata, dan Dibata bukanlah nama atau pribadi yang menciptakan alam semesta ini, nama-nama itu adalah ilah bangsa-bangsa yang adalah berhala seperti yang dituliskan dalam 1Tawarikh 16:26: Segala allah bangsa-bangsa adalah berhala, tetapi TUHANlah yang menjadikan langit.
Debata adalah ilah lokal yang hanya dikenal dan disembah orang India yang beragama Hindu dan yang menyusup serta membunglon ke dalam kepercayaan orang Batak (Kristen). Mahapencipta sangat benci nama-nama ilah lokal yang kita pakai untuk menyembahNya. Firman Tuhan mengatakan dalam Keluaran 23:23: Dalam segala hal yang Kufirmankan kepadamu haruslah kamu berawas-awas; nama ilah lain (termasuk nama debata, dibata, naibata, dan lain-lain) janganlah kamu panggil, janganlah nama itu kedengaran dari mulutmu.

Mahapencipta tidak suka namaNya diganti-ganti. Mahapencipta itu bukan seperti binatang bunglon yang harus menyesuaikan dirinya sesuai dengan lingkungannya, atau seperti pencuri atau penjahat yang gemar ganti-ganti nama untuk menutupi identitasnya. Mahapencipta itu Mahakuasa, Mahaperkasa dan Tuhan diatas segala tuhan. Nama-nama ilah asing itu harus dihapuskan dari dalam hati kita (Ulangan 12:3), jangan dipanggil (Keluaran 23:23) dan jangan disebut (Hosea 2:16). 
 
 IKHTISAR I
Parbato atau Pertungkoan Batak Toba merupakan organisasi kesukuan yang ada di Sumatera Utara. Mereka memasang iklan-iklan di koran yang isinya mengajak semua masyarakat Batak untuk mengusir perusahaan yang merusak Lingkungan Bona Pasogit. Lingkungan Bona Pasogit merupakan sub-etnik batak toba untuk menyebut daerah tempat tinggal mereka di Sumatera Utara.
Ompu Monang Napitipulu atau Daniel Napitupulu, ketua porbato sejak 1997, mengatakan banyak masalah di Indonesia yang hanya bisa didekati secara etnis, karena di Indonesia merupakan negara multi etnis. Sebagai negara multi etnis, sudah selayaknya etnis-etnis yang ada di indonesia menggalang solidaritas kecil yang akhirnya berguna bagi solidaritas Indonesia secara keseluruhan. Selain itu, kata pria yang berumur 72 tahun ini, “ Memperbaiki sesuatu tidak bisa langsung yang besar, mesti dari yang kecil dulu”.
Sebenarnya istilah batak menunjuk sub-etnis Batak Toba, karena orang Batak Toba lah yang memiliki karakteristik orang batak yang selama ini kita kenal, yakni suka ceplas-ceplos, berwatak keras, senang bernyanyi, dan memiliki wajah yang khas. Hampir semua karakter tersebut dimiliki oleh Ompu Monang, selain karakter itu beliau menyimpan banyak “kehangatan” khas batak.
Ompu Monang sangat menjunjung tinggi kebudayaan, hal itu terbukti dalam ucapannya, yakni, “ Kebudayaan ini harus dipertahankan”. Selain itu nama Ompu Monang pun merupakan nama yang digunakan jika mereka telah memilki cucu. Namanya sendiri berarti “kakeknya” Monang Napitupulu.
Suku Batak memiliki rasa kekerabatan yang sangat bagus. Selain rasa kekarabatan, di Suku Batak juga memiliki tanggung jawab pendidikan yang tinggi. Karena kesadaran atas pendidikan tersebut, hampir tidak ada dari mereka yang buta huruf, disamping itu juga banyak dokter-dokter di Indonesia merupakan sub-etnis Batak.
Di sisi lain, kebudayaan Batak juga memiliki sisi negatif, yakni penghamburan uang dan pemborosan waktu. Salah satu contohnya ialah di acara perkawinan suku Batak, yaitu tradisi pengulosan. Tradisi pengulosan itu sendiri merupakan bagian dari keborosan suku Batak, karena sang mempelai bisa saja mendapatkan ratusan ulos.
Menurut Ompu Monang, dengan adanya mesin pembuatan ulos membuat tradisi yang diwariskan oleh leluhur batak menjadi menyimpang, karena pada dasarnya tak sembarang orang bisa memberikan ulos. Selain itu tradisi menyimpang yakni adanya acara memberi nasehat, yang sebenarnya membuang banyak waktu, karena hampir semua nasehat-nasehat yang diberikan isinya sama.
Untuk menyederhanakan budaya tersebut, Ompu Monang sendiri akan mengadakan acara pernikahan cucunya dengan cara yang ia inginkan, yakni hanya orang-orang tertentu yang bisa memberi ulos dan tak ada acara memberi nasehat dari banyak orang. Hal ini merupakan tindakan Ompu Monang terhadap suku batak.
IKHTISAR II
Suku Kenyah, konon merupakan suku Modang, berasal dari daerah pegunungan yang bernama Apokayan disebelah utara Kalimantan Timur. Daerah yang terisolir ini dulu masih hidup dalam keutuhan bentuk budaya dan sistem nilai yang asli. Namun setelah masuknya misionaris agama Kristiani dari Belanda pada tahun 1930-an mulai ada konflik di dalam suku tersebut, misalnya konflik anatara mereka yang sudah pindah ke agama baru dengan mereka yang masih memeluk agama lama. Akumulasi konflik ini membawa efek perpecahan keluarga, yang membuat penganut agama baru meninggalkan daerah asal mereka.
Di sepanjang sungai Kelinjau terdapat perkampungan Dayak Kenyah dan Modang, yang kemudian didatangi pendatang baru yakni dari kota kutai, bugis, dan Toraja. Setelah adanya pendatang baru tersebut membuat orang Dayak sadar bahwa satu-satunya sektor yang harus mereka andalkan dalam memasuki dunia baru ialah sektor ekonomi. Secara sepintas mereka hidup berkecukupan, namun disisi lain semua hasil pertanian mereka telah diatur harganya oleh tengkulak dari kampung maupun kota, karena sulitnya alat transportasi untuk menjual hasil pertanian mereka. Selain “bermain” untuk membeli hasil pertanian penduduk tengkulak itu sendiri menjual semua kebutuhan penduduk dengan harga yang tinggi. Akibat dari keadaan perekonomian tersebut membuat orang Dayak tergoncang dan terpojokkan, selain itu juga “mencabut” mereka dari budaya mereka sendiri atau Lamin dan juga menjauhkan mereka dari kesenian yang pada dasarnya merupakan hubungan dengan religius.
Dengan adanya pendidikan formal, menghilangkan kebudayaan suku Dayak, yakni kebudayaan menceritakan kisah masa lalu tentang tetua mereka, serta mengajarkan pantun, dan itu merupakan sarana pengajaran dan komunikasi yang ada disuku dayak. Semua hal ini terjadi tak lepas dari penanganan dan tanggung jawab pemerintah yang menerima dan bahkan menganjurkan mereka untuk hidup diwilayahnya.
Masalah Suku Dayak ini merupakan miniatur dari masalah yang dihadapi Indonesia, dimana masukknya sistem kebudayaan barat, yang tiba-tiba memaksa kesadaran kita untuk melihat untuk melihat fenomena kehidupan bangsa Indonesia dalam konteks masalah kemiskinan yang didentifisir melalui kriteria tingkat kehidupan ekonomi yang berlaku disana.
ANALISIS I
ANALISIS RAGAM KEBUDAYAAN
UNSUR Wujud
Idiil Aktivitas Fisik
1. Bahasa Tata cara berbahasa. Cara masyarakat menyebut daerah asal mereka Memiliki logat yang keras dan bebicara ceplas-ceplos.
2. Sistem Teknologi Modernisasi tradisi. Pengektifan pembuatan kain ulos. Mesin pembuat kain ulos.
3. Sistem Ekonomi Perekonomian Batak yang boros. Pemberian kain ulos yang berlebihan dan pemborosan makam keluarga. Kain ulos dan makam keluarga.
4. Organisasi Sosial Organisasi PERBATO (Perungkoan Batak Toba). Mempertahankan tradisi Batak dan melindungi orang-orang Batak Toba. Penerapan dalam acara pernikahan cucu Ompu Monang.
5. Sistem Pengetahuan Kesadaran akan pendidikan Menyekolahkan keluarga mereka. Hampir tidak ada yang buta huruf dan dokter terbanyak berasal dari Batak.
6. Kesenian Rasa kekeluargaan atau kekerabatan dan kebiasaan Pengulosan pada pada acara perkawinan dan suka bernyanyi. Ulos
7. Sistem Religi
INTERAKSI DAN DIVERSITAS KEBUDAYAAN
 Integrasi
Adanya mesin pembuat ulos yang modern merupakan asimilasi antara kemajuan teknologi dan kerajinan suku Batak. Serta adanya pembuatan makam yang berlebihan, hal ini merupakan salah satu pengaruh dari modernisasi.
 Diversitas
Tindakan Ompu Monang yang ingin mempertahan kebudayaan batak yang telah tersentuh modernisasi. Tindakan tersebut yaitu hanya beberapa orang yang bisa memberi ulos dan tidak ada acara memberi nasehat pada acara pernikahan cucunya.
TRADISI ATAU INTI KEBUDAYAAN
Di suku Batak tradisi yang paling menonjol ialah upacara pengulosan dalam acara pernikahan. Pada zaman dahulu tidak semua orang bisa memberi ulos, namun setelah adanya kemajuan teknologi ulos yang diproduksipun menjadi banyak sehingga semua orang bisa memberi ulos di acara pernikahan.
ANALISIS II
ANALISIS RAGAM KEBUDAYAAN
UNSUR WUJUD
Idiil Aktivitas Fisik
1. Bahasa Cara komunikasi Menceritakan nostalgia para tetua kepada yang lebih muda Pantun dan cerita-cerita histori
2. Sistem Teknologi Teknologi modern Penggunaan barang modern dari kota Radio, kaset, jam tangan, sepatu, mesin jahit.
3. Sistem Ekonomi Bekerja Berladang dan Bertani Uang, pasar dan barang.
4. Organisasi Sosial Penguasa hutan Menutup lahan untuk daerah perladangan Hutan
5. Sistem Pengetahuan Pendidikan Informal dan Formal Pengetahuan dari tetua serta adanya sistem pendidikan dari pemerintah Sekolah
6.Kesenian Menurunnya nilai kesenian Masyarakat sudah mulai meninggalkan kesenian,
karena mengejar kemodernan Lamin, musik tradisional, dan peralatan modern
7. Sistem Religi Kepercayaan agama Memuja roh nenek moyang dan agama Kristen Upacara dan tempat ibadah
INTERAKSI DAN DIVERSITAS KEBUDAYAAN
 INTEGRASI
Adanya percampuran sistem ekonomi dan pola pendidikan di antara suku Dayak dan pendatang serta pemerintah.
 Diversitas
Kampung Umak Tau yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisi, dan merupakan satu-satunya suku Dayak yang mempertahankan tradisi mereka.
TRADISI ATAU INTI KEBUDAYAAN
 Sebelum masuknya tengkulak, pedagang, dan pendatang dari kota lain, sistem perekonomian pertanian di suku Dayak masih tergolong berkecukupan, namun setelah semuanya masuk keadaan hidup mereka berubah menjadi kekurangan.
 Masuknya sistem pendidikan dari pemerintah membuat aktvitas komunikasi antara keluarga di suku Dayak nyaris hilang.
 


No comments:

Post a Comment